Ada Nama Hari Baru !

Dua minggu pertama, semua saran dokter berhasil dijalani. Tapi di minggu ketiga, tepatnya di hari kelima (Jum'at), karena hujan deras dan “horni ” sang suami memuncak, dicumbulah istrinya yang sedang tertidur pulas dengan serangan seribu belaian dan ciuman. Ketika “suhu makin meninggi, dan gayung saling bersambut”, sang istri pun ingat pesan dokter. Lalu bertanya lembut ke telinga suaminya ; “Bang.., ini hari apa ya?”-saking horninya dengan cekatan sang Suami menjawab ; “….. hari Sum’at !!!”
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Juara Menangkap Belut
Seperti kebiasaan setiap 17 Agustus-an ; kita memperingati Hari Kemerdekaan RI. Kerap setiap warga memperingatinya dengan menyelenggarakan berbagai perlombaan. Tak terkecuali dengan tempat kerja dari Bambang yang juga menyelenggarakan berbagai lomba. Salah satu lomba yang unik adalah lomba memindahkan sejumlah belut dari tempat satu ke tempat lainnya. Bambang selaku ketua panitia pun menjaring berbagai peserta yang merupakan para rekan kerjanya (mulai dari tenaga office boy/girl sekretaris direksi, hingga level manager). Pada saat perlombaan memindahkan belut dimulai yang mana kelompok wanita didahulukan, terjadi persaingan seru diantara sesama pesaing. Dalam perlombaan ini ada beberapa orang sebagai unggulan juara, diantaranya Tuti, Desi, dan beberapa rekan lainnya.

Lain halnya dengan Tuti, ia sangat cekatan sekali mengambil dan menggenggam belut yang ditangkap. Dan, pada akhirnya Tuti pun keluar sebagai juara, walaupun bajunya sampai basah akibat cipratan air dari belut tersebut diletakkan. Karena menang taruhan Budi pun kegirangan karena ia bisa mengalahkan Bambang yang menjagokan Desi. Dengan gusar, Bambang pun berucap ; “Wah,… kalah deh gue. Terpaksa 50 ribu harus melayang”. Berbeda dengan Budi, ia sambil ngeloyor menghampiri Bambang ; “Bang, sori ye elu kalah dari gue. Mau tahu nggak apa yang membedakan Desi dan Tuti ?” tanya Budi. Bambang Cuma geleng, dan lanjut bertanya ; “Memangnya apa yang beda ?”. “Bedanya Tuti itu sudah terbiasa pegang belut”kata Budi. “Ah. Jangan sok tahu Bud..!” imbuh Bambang. Budi pun sambil nyengir menjelaskan ; “Bang, elu nggak sadar ya. Si Tuti itu kan juara karena ia terbiasa pegang belut. Maksud gue… “belut kasur” ???!!! Coba elu lihat, tuh belut sampai tak bisa lepas. ”jelasnya. “Oh ya… pantas si Desi kurang lihai, menangkap belut, soalnya dia belum pernah pegang “belut kasur” kali ya…..?!!
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“Bersihkan Porseneling”

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“Bahayanya Tahu Syarat Ketiga”
Siti (nama samaran) adalah Seorang gadis desa yang sangat lugu hendak merantau ke kota. Sebelum berangkat ibunya menyampaikan pesan,“Nduk … kalau kamu ke kota dan kebetulan dapat jodoh di sana, ini ada pesan dari mbokmu agar mencari jodoh yang baik :
1. Cari pasangan yang “siaga” –siap antar dan jaga dan setia.
2. Pasangan kamu harus orang yang “hemat”.
3. Calon kamu itu harus perjaka ting ting.”
1. Cari pasangan yang “siaga” –siap antar dan jaga dan setia.
2. Pasangan kamu harus orang yang “hemat”.
3. Calon kamu itu harus perjaka ting ting.”
Berangkatlah sang gadis ke kota. Setahun kemudian dia kembali ke desanya untuk meminta doa restu ingin menikah. Bertemulah ia dengan bunda tercintanya, “Mbok.., saya sudah ketemu jodoh sesuai syarat yang mbok sampaikan kepada saya. Syarat pertama ; ia selalu siap antar saya kemana saja, dan selalu menjaga saya, coba mbok bayangin hampir setiap hari nanyain kesehatan saya. Waktu itu kami berjalan-jalan keliling kota. Dia selalu saja menggandeng saya dengan mesra bukankah itu tanda pasangan yang setia ?”Si mbok mangut-mangut.
Kemudian karena kemalaman dan kehujanan ketika berlibur kami mencari tempat berteduh dan menginap. Pacar saya ini bilang , “Dik kita nginap saja di hotel, untuk menghemat biaya bagaimana kalau kita hanya menyewa 1 kamar saja”. Bukankah pacar saya orangnya hemat mbok ?” Untuk kedua kali simbok mangut-mangut. “Dan akhirnya mbok, saya tahu kalau pacar saya itu masih perjaka ting-ting.” Dengan mata terbelalak Langsung si mbok serius memandangi putrinya.
“Loh ndok..,Dari mana kamu tahu kalau dia masih perjaka ting-ting ?” Sang gadis langsung menjawab, “Itu loh mbok, “Anunya” masih dibungkus plastik ..”
“Loh ndok..,Dari mana kamu tahu kalau dia masih perjaka ting-ting ?” Sang gadis langsung menjawab, “Itu loh mbok, “Anunya” masih dibungkus plastik ..”
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Kejujuran Membawa Rejeki
PT. 'XYZ' dikenal sebagai perusahaan besar yang memberlakukan kedisiplinan yang keras kepada karyawannya. Tak jarang, bagi karyawan yang telat, berleha-leha saat jam kantor, maupun tidak tepat waktu saaat kembali dari jam istirahat maka akan mendapat teguran dari supervisor. Singkat cerita, di saat menjelang makan siang, seorang Direktur Produksi dari PT. 'XYZ' melakukan sidak di departemen produksi.
Sambil mengambil uang yang disodorkan sang Direktur, pria tersebut keluar dengan membawa bungkusan hitam. Sambil berjalan ia titipkan bungkusan tersebut ke Satpam yang ada di luar pabrik. Ketika bel pengingat istirahat berbunyi, berbondong-bondong seluruh karyawan pabrik keluar kantor untuk makan siang di beberapa warung terdekat. Singkat kata, sang Direktur tersebut langsung memanggil salah seorang Supervisor, dan bercerita;
Direktur: "tadi saya baru memecat karyawan kita yang belum waktunya istirahat, tapi duduk santai di dekat pintu gerbang keluar. Karena itu saya ingin tahu laporan dari anda selaku Supervisor, kira-kira siapa dan bekerja bagian apa orang yang saya pecat tadi?"
Lalu dengan tenang sang Supervisor pun menjelaskan;
Supervisor: "Sesuai dengan buku masuk dan keluar serta absensi yang ada, tidak ada seorang karyawan pun yang istirahat di luar jam kerja. Karena siapa pun harus ijin melalui saya, san saya telah memiliki catatan kegiatan"
Direktur: "Lalu pria yang saya kasih uang tadi...?"
Setelah melakukan investigasi, ternyata sang Direktur telah memarahi seorang pelayan warung nasi yang biasa membawakan pesanan beberapa karyawan. Sungguh sial sang Direktur, sudah capek mengomel, uang melayang juga......
Waktu itu jam menunjukan pukul 11.50 wib. Setelah lama berkeliling pabrik, ia melihat seorang pria muda sedang duduk santai sambil mengipas-ngipaskan topinya ke muka yang penuh dengan keringat. Hal ini tentu membuat sang direktur tersebut terperangah, mengapa di jam kerja ada orang yang duduk-duduk santai di dekat pintu keluar pabrik. Alhasil sambil bermuka geram, sang direktur itu menghampiri dan bertanya
Direktur: "Sudah berapa lama kamu bekerja dan berapa penghasilan kamu per bulannya?"
Pria Muda: " Baru bekerja 4 bulan dan berpenghasilan Rp 1 juta per bulan".
Direktur: "Sedang apa anda di situ?"
Pria Muda: "Ya istirahat Pak, sambil menungu jam istirahat datang" jelasnya dengan tenang.
Sambil membuka dompetnya sang Direktur berkata;
Direktur: "Oke kalau begitu mulai saat ini, kamu keluar disini, dan ini saya kasih uang Rp 500ribu, tapi saya tak mau melihat batang hidungmu lagi".

Khusus untuk pelayan warteg: ternyata KETENANGAN DAN KEJUJURAN memberikan rejeki.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“Go Public” Gaya Neli
Ruri (bukan nama sebenarnya) bekerja di sebuah PT "X" berstatus (Persero), Tbk (alias sudah masuk pasar bursa). Sebagai manager dari salah satu kantor cabang, Ruri kerap melakukan perjalanan keluar kota. Bahkan bila ia berada di dalam kota, Ruri sangat sering beraktifitas di luar kepada rekannya Doni. Berikut kutipan dialognya ;
Ruri: "Don, gimana perjalanan dinas elu ke Semarang?"
Doni: "So far, baik-baik aja. Klien kita di Semarang rupanya sangat familiar, bahkan mereka punya rencana untuk menggunakan jasa perusahaan kita untuk menangani kebutuhan dari beberapa kantor cabang di Jawa Tengah"
Ruri: "Sama dong dengan klien gue yang di Bandung. Mereka juga sangat satisfied dengan jasa yang kita berikan"
Doni: "Gimana dengan pemandangan di Bandung, so far oke-oke kan?" (sambil mengangkat alis mata)
Ruri: "Ah elu nggak tahu aja. Di Bandung kan peyem-peyemnya manis-manis, maksud gue peyempuannya"
Doni: "Elu hang out dimana?"
Ruri: "Karena si klien ngajak, gue hang out disebuah tempat hiburan malam disana. Sambil menghilangkan kepenatan karena seharian meeting dengan klian. Oh ya gue lupa Don, sewaktu di Bandung gue melihat Neli (sekretaris Dirut) lagi hang out di Cafe yang sama. Gila dia pake baju seksi banget, dan ditemani seorang cowok agak turunan Pakistan"
Doni: "Wah, surprise juga gue"

Doni: "Sebenarnya bukan elu aja. Gue dua bulan yang lalu sempat ketemu dia di salah satu hotel di Jakarta bersama seorang cowok keturunan Cina. Karena gue langsung berpapasan (Berhadapan satu muka), Ia sempat gue sapa. Ia pun sepertinya juga baru selesai check out. Karena gue mau nyanya tamu, jadi gue sempat basa-basi"
Ruri: "Rupanya teman kita si Neli cukup sibuk juga ya..."
Doni: "Jangan-jangan dia "Go Public" alias Tbk dan tidak mau kalah dengan perusahaan tempat kita bekerja"
Ruri: "Bisa aja lu Don, tapi selama "Go Public"-nya laku dengan pembelinya kelas "Kakap" tentu Ia kelas "Blue Chips" juga tuh".
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Anggota Pesantren

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Endah atau “Astuti”

Beberapa hari lalu, Romi (bukan nama sebenarnya) dengan seorang wanita cantik & muda usia bernama Endah (bukan nama sebenarnya). Dalam perkenalannya, Romi membicarakan makin beratnya beban hidup akibat harga kebutuhan pokok makin melonjak.Singkat cerita, rupanya Endah menawari bisnis arisan sembako yang “katanya” sudah beranggotakan lebih dari 25 orang. Alhasil, karena program arisan yang ditawarinya cukup menarik, dan bisa mengurangi beban akibat melonjaknya harga kebutuhan pokok, Romi pun berkenan menyetor uang arisan tiap bulan sebesar Rp 50ribu. Setelah berjalan 4 bulan, ternyata lain cerita, sebab Endah pergi tanpa jejak. Hampir sekitar puluhan peserta arisan sempat menyatroni rumah Endah. Romi pun sudah berkali-kali menghubungi hand phone Endah. Yang mana justru hanya bisa mendengar jawaban “nomer yang anda tuju sedang di luar area”. Akibat kesal karena sulit mendapatkan konfirmasi dari Endah. Ia pun sempat bercerita pada istrinya. Sang istri hanya bisa mesem dan bertutur pada Romi ; “Sudahlah Pak, mungkin memang bukan rejeki kita, mudah-mudahan nanti kita bisa diberikan yang terbaik” kata sang istri. Lalu Romi menimpalinya ; “Rupanya si Endah sudah ganti nama “Astuti” Bu..!”. Sang istri bertanya lagi ; “maksud Bapak, kenapa jadi Astuti?”. Romi pun menimpali lagi ; “Iya Bu, jadi “Astuti” alias “Asli Tukang Tipu”.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Masjid" dan "Mesjid"

Ridho: "Pak haji, si Amin kemana?"
Haji Samad: "Kalo si Amin lagi baca Yaasin di masjid sebelah.."
Ridho: "Kalo si Amil kemana?"
Haji Samad: "Itu, Si Amil sedang ke Mesjid juga...(tapi tujuannya "Neraka")"-
Ridho: "Waduh, yang benar saja Pak Haji, kok sama-sama ke mesjid kok tujuannya beda?".
Haji Samad: "Ya jelas beda dong. Si Amin ke "Masjid" tapi kalau si Amil ke "Mesjid"!!!"
Ridho: "Beda nya apa Pak Haji"
Haji Samad: "Kalau Amin pergi ke Masjid tujuannya Surga, tapi kalau Amil ke "Mesjid = Mesum sama Mijid", jadi jelaskan kan tujuannya beda"
Ridho: "Wah...,boleh juga tuh ke mesjid dulu baru ke Masjid....he..he..he.." tukas Ridho.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Meeting" dan "Miting"

Indah bekerja di sebuah perusahaan asing yang bergerak di bidang sertifikasi. Suatu ketika ia ditelpon oleh istri dari Rudi (teman kantor-nya). Istri Rudi kerap menanyakan kepada Indah jika memang Rudi pulang terlambat ke rumahnya. Karena harus pulang malam . Singkat kata Rudi pulang malam karena harus menghadiri pesta pernikahan salah satu kerabatnya yang kebetulan memiliki jarak agak jauh dari tempat tinggalnya. Karena sudah menjadi kebiasaan, Indah pun seperti biasa langsung dikontak oleh istri Rudi. "Tidak ada dikantor Bu..., saya juga kurang tahu, kebetulan saya sendiri masih di kantor" jelas Indah. "Soalnya tadi suami saya (Rudi) bilang katanya hari ini ada meeting hingga pukul 22.00. "Tapi kenapa hingga saat ini belum ada kabar ya?" "Setahu saya divisi Pak Rudi tidak ada jadwal meeting Bu!" tegas Indah. Padahal ketika Indah dan Istri Rudi berbicara via telpon, waktu sudah menunjukan pukul 24.00 (dini hari). Singkat cerita... 30 menit kemudian setelah istri Rudi berbincang dengan Indah, Rudi pun pulang ke rumahnya. Dengan raut muka agak curiga dan sedikit cemberut, sang istri pun menyambut kehadiran suaminya. "Malam Ma, kok belum tidur sih?" - kemudian dijawablah oleh istrinya, "Gimana bisa tidur, kamu saja belum pulang. Menangnya kamu ada kegiatan apa sih di kantor?" kata istri Rudi sedikit memancing. "Itu loh ma, ada auditor luar datang, jadi aku mesti beresin berkas" jawaban Rudi sedikit ngeles. "Tadi jam 24.00 aku telepon ke kantor kamu loh... kata Indah (sekretaris Dirut) tidak ada jadwal meeting di kantor kamu" jelas sang Istri, sambil memusamkan wajahnya. "Kalo aku betul-betul meeting ma, mungkin beda dengan Indah. Setahu aku mana adameeting sekretaris dengan direksi hingga pukul dini hari" ungkapnya. Lalu apa bedanya "meeting" kamu dengan "miting" nya Indah? tanya sang Istri. "Begini loh, ma.. kalau "Meeting" aku itu betul-betul meeting. Sedangkan untuk "miting" Indah itu beda ma... itu loh "Miting => mijit yang penting-penting"!..., sekarang... mama mau gak mitingin papa" kata Rudi sambil bercanda.
No comments:
Post a Comment